Urea merupakan zat diuretik higroskopik dengan menyerap air dari plasma darah menjadi urin. Kadar urea dalam darah
manusia disebut BUN (bahasa Inggris:
Blood Urea Nitrogen). Peningkatan nilai BUN terjadi pada simtomauremia dalam kondisi gagal ginjal akut dan kronis atau kondisi gagal jantung dengan konsekuensi tekanan darah menjadi rendah dan penurunan laju
filtrasi pada ginjal. Pada kasus yang lebih buruk, hemodialisis ditempuh untuk menghilangkan larutan
urea dan produk akhir metabolisme dari dalam
darah.
Pada hewan seperti burung dan reptil yang harus mencadangkan
air
di dalam tubuhnya, nitrogen diekskresi sebagai asam urat yang bersenyawa dengan sedikit kandungan
air. Sedang pada manusia, asam urat tidak disintesis dari amonia, melainkan
dari adenina dan guanina yang terdapat pada berbagai nukleotida. Asam urat biasanya diekskresi dalam
jumlah sedikit, melalui urin. Kadar asam urat dalam darah dapat meningkat pada
penderita gangguan ginjal dan leukimia. Bentuk garam
dari asam urat dapat mengendap menjadi batu ginjal maupun batu kemih.
Pada artritis, endapan garam dari asam urat terjadi
pada tulang rawan yang terdapat pada persendian.
Glukosa, suatu gulamonosakarida, adalah salah
satu karbohidrat terpenting
yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa
merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami
(D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan (Wikipedia,
2007).
Glukosa (C6H12O6, berat molekul
180.18) adalah heksosa—monosakarida
yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima
karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut
"cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam.
Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom
kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu
gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan
bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH
7 (Wikipedia, 2007).
Glukosa
merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Kita dapat
menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak
digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan
mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal
yang lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa,
dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara
nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi
atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya
laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang
kurang reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan,
gagal ginjal, dan kerusakan saraf periferal (peripheral neuropathy),
kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein (Wikipedia, 2007). Tes Darah
UREA DARAH
Ada beberapa tes darah yang dapat
membantu menilai fungsi ginjal:
Nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN).
Urea adalah produk samping dari metabolisme protein. Bahan ampas ini
dibentuk oleh hati, kemudian disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam
air seni oleh ginjal. Tingkat BUN dalam darah dapat menandai masalah
ginjal, tetapi karena juga dipengaruhi oleh fungsi hati (lihat Lembaran Informasi (LI) 135), tes
harus dilakukan bersamaan dengan pengukuran kreatinin, yang lebih khusus
menandai masalah ginjal.
Kreatinin. Tes ini mengukur tingkat
kreatinin (lihat di atas) dalam darah. Karena tingkat kreatinin hanya
sedikit dipengaruhi oleh fungsi hati, tingkat kreatinin yang tinggi dalam
darah lebih khusus menandai penurunan pada fungsi ginjal.
Tes lain. Pengukuran tingkat zat lain,
yang seharusnya diatur oleh ginjal, dalam darah dapat membantu menilai
fungsi hati. Zat ini termasuk zat natrium, kalium, klorida, bikarbonat,
kalsium, magnesium, fosforus, protein, asam urik dan glukosa.
Darah
terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari
darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah
yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa
cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Fungsi
darah
Dalam system sirkulasi, darah berfungsi sebagai berikut :
1. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru.
2. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluuruh jaringan tubuh.
3. Mengangkut sari-sari makanan dari usus ke jaringan tubuh.
4. Mengangkut hasil ekskresi dari jaringan tubuh ke ginjal.
5. Mengatur dan mengontrol temperature tubuh
6. Mengatur distribusi hormon.
Hormone adalah zat-zat kimia yang mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh.
Setiap hormone yang dihasilkan dapat mempengaruhi kerja satu atau lebih dari
organ tubuh dan berfungsi untuk menhaga keseimbangan kerja organ tubuh.
7. Menutup luka.
8. Mencegah infeksi
Kulit merupakan penghalang masuknya beberapa macam bakteri kedalam tubuh yang
dilengkapi dengan cairan berupa lendir dan zat-zat kimia. Jika kulit
rusak,misalnya luka atau lecet, kemungkinan bakteri dapat masuk. Sel darah
putih keluar dari kapiler untuk melawan bakteri yang masuk. Kalau sel darah
putih tidak dapat bertahan maka sel darah putih akan mati bersama dengan
jaringan yang berada di sekitarnya dan menimbulkan bengkak serta membentuk
nanah.
Darah putih menghancurkan bakteri dengan cara menggumpalkan sebelum bakteri
masuk kedalam system sirkulasi.
Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara
mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan
untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan . Jika tes
membutuhkan darah atau plasma, spesimen harus dikumpulkan dalam sebuah tabung
yang berisi antikoagulan. Spesimen-antikoagulan harus dicampur segera setelah
pengambilan spesimen untuk mencegah pembentukan microclot. Pencampuran yang
lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis.
Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis
pemeriksaan tertentu.
Pemeriksaan
keadaan sel darah
Pemeriksaan darah yang paling sering dilakukan adalah hitung jenis sel darah
lengkap (CBC, complete blood cell count), yang merupakan penilaian dasar dari
komponen sel darah. Sebuah mesin otomatis melakukan pemeriksaan ini dalam waktu
kurang dari 1 menit terhadap setetes darah.
Selain untuk menentukan jumlah sel darah dan trombosit, persentase dari
setiap jenis sel darah putih dan kandungan hemoglobin; hitung jenis sel darah
biasanya menilai ukuran dan bentuk dari sel darah merah. Sel darah merah yang
abnormal bisa pecah atau berbentuk seperti tetesan air mata, bulan sabit atau
jarum.
Plasma darah
Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah,
dimana sel darah
ditutup. 55% dari jumlah/volume
darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air
dan 10% berupa larutanprotein, glukosa, faktor koagulasi,
ionmineral, hormon dan karbon dioksida.
Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi.Plasma
darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah
dibubuhi zat anti-koagulan[1]
yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah
jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan
membentuk lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas lapisan
tersebut[2]
dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025 kg/l.[3]Serum darah
adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi
lainnya.[1]
Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor
penting dalam proses pembekuan darah.Plasmapheresis adalah
jenis terapi medis yang menyuling (en:extraction)
plasma darah keluar dari kumpulan partikelnya untuk diolah lebih lanjut dan
memasukkan kembali plasma darah tersebut pada akhir terapi
Struktur dan Fungsi Immunoglobulin
Imunoglobulin (Ig) termasuk molekul glikoprotein yang dihasilkan oleh sel
plasma untuk merespon adanya imunogen dan berfungsi sebagai antibodi (Schroeder
and Cavacini, 2010). Ig terdiri dari heavy (H) and light (L) chain yang
membentuk homodimer dihubungkan oleh interaksi non-kovalen dan kovalen, salah
satu interaksi non-kovalen yaitu jembatan disulfida (Kumagai and Tsumoto,
2001). Berdasarkan fungsinya, maka struktur Ig dapat dibedakan menjadi 2 bagian
utama yaitu Fab dan Fc yang ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar 1. Struktur immunoglobulin. Fab; fragment antigen
binding, Fc: effector function (Torres and Casadevalla, 2008).
Berdasarkan fungsi Ig, maka dapat dibedakan menjadi 2 bagian utama yaitu
antigen binding (Ab) dan effector function (Fc) sebagai berikut (Berg et al.,
2002):
Antigen binding : bagian Ig
yang mengikat secara spesifik terhadap antigen tertentu yaitu VL
dan VH. Pengikatan antigen oleh Fab merupakan fungsi utama dari
antibodi.
Effector function : bagian Ig
yang memberikan efek biologis secara signifikan sebagai fungsi efektor
antibodi. Fungsi effector yaitu fiksasi komplemen yang menyebabkan lisis
sel atau pelepasan molekul biologis dan berfungsi sebagai pengikatan
berbagai jenis sel-sel fagosit, limfosit trombosit, sel mast dan basofil
yang memiliki reseptor Ig.
Struktur penyusun Ig dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu heavy dan light
chain, variable dan constant region, hinge region yang ditunjukkan pada Gambar
2.
Gambar
2. Struktur imunoglobulin. VL; variable region light chain, CL
; constant region light chain, VH ; variable region heavy chain, CH1
; constant region heavy chain 1, CH2 ; constant region heavy chain
2, CH3 ; constant region heavy chain 3, S-S; jembatan disulfida.
Variable dan constant region merupakan urutan asam amino dari heavy dan light
chain ketika dibandingkan dapat dibedakan menjadi 2 bagian urutan asam amino
yaitu (i) variable region light chain VL (110 asam amino) dan heavy
chain VH (110 asam amino) dan (ii) constant region CL
(110 asam amino) dan CH (330-440 asam amino). Pada hinge region
merupakan daerah yang berfungsi sebagai lengan dalam pembentukan seperti huruf
Y dan disebut engsel karena beberapa urutan asam aminonya bersifat
fleksibel (Kumagai and Tsumoto, 2001). Oligosakarida merupakan produk
modifikasi paskatranslasi pada Ig yang menempel pada domain CH2 pada
kebanyakan Ig, tetapi pada beberapa Ig posisi asam amino yang terglikosilasi
dapat terjadi pada lokasi yang lainnya. Tipe oligosakarida yang menempel pada CH2
merupakan gula heptasakarida yang terdiri dari N-asetilglukosamin dan mannosa.
Glikosilasi pada Ig dapat mempengaruhi pengikatan FcRs pada effector cell.
Ketika residu asam amino yang mengalami glikosilasi termutasi dapat menyebabkan
proses modifikasi paskatranslasi tidak berlangsung, akibatnya hilangnya gugus
gula. Ig mutan yang tidak terglikosilasi akan mengalami penurunan atau tidak
terikat pada FcRs. Hal ini menunjukkan bahwa glikosilasi pada asam amino
tertentu pada Ig mempunyai peran penting pada fungsi Ig (Schroeder and
Cavacini, 2010). Jembatan disulfida pada Ig merupakan ikatan kovalen yang
menghubungkan antar subunit imunoglobulin (intra-chain) dan antar domain HL
dan VL (inter-chain). Selain jembatan disulfida, interaksi
non-kovalen juga terbentuk antara domain HL dan VL yang
berfungsi untuk menstabilkan struktur Ig.
Kelainan Protein plasma
Hemofilia adalah suatu
kelainan perdarahan akibat kekeurangan salah satu faktor pembekuan
darah.
Terdapat 2 jenis
hemofilia:
Hemofilia A
(Hemofilia klasik) adalah kekurangan faktor VIII, yang
meliputi 80% kasus.
Hemofilia B
(penyakit Christmas) adalah kekurangan faktor IX.
Pola perdarahan dan
akibat dari kedua jenis hemofilia tersebut adalah sama
Pembekuan darah
Pembekuan
darah adalah proses alami yang mengizinkan darah membentuk gumpalan sel darah
dan fibrin untuk menghentikan pendarahan ketika pembuluh darah sobek atau
rusak. Jika tubuh tidak memiliki kemampuan untuk membekukan darah, mereka yang
memiliki luka kecil pun akan mati kerena pendarahan.
Akan tetapi, ketika gumpalan darah (thrombus) terbentuk di pembuluh arteri
dapat menghambat aliran darah menuju otot jantung atau otak sehingga memicu
serangan jantung atau stroke. Atau, ketika darah terlalu lama berada di dalam
bilik jantung (terjadi pada kondisi jantung tertentu), gumpalan dapat
terbentuk, dan bagian dari gumpalan darah tersebut akan terpompa melalui aliran
darah serta menyumbat pada salah satu organ atau arteri, memotong suplai darah
dari titik ini. Penyumbatan ini disebut “embolus”.
Anemia
Anemia(/ əniːmiə/, anemiajuga diejadanAnemia, dari Yunani
Kuno: ἀναιμίαanaimia, yang berartikekurangan darah, dari ἀν-an-, "tidak"
+αἷμαhaima,
"darah") adalah penurunanjumlah seldarah merah(sel darah merah) ataukurang
darijumlahnormalhemoglobin dalam darah. [1] [2] Namun, ia dapat mencakuppenurunan kemampuanoksigenmengikatsetiap molekulhemoglobinkarenacacatatau kekurangandalam pembangunannumerikseperti dalam beberapajenis lainhemoglobindefisiensi.
Karenahemoglobin(sel darah merah ditemukan di dalam) biasanyamembawa oksigendari paru-paruke kapiler, anemiamenyebabkanhipoksia(kekurangan oksigen) pada organ. Karena semuasel manusiatergantung padaoksigenuntuk bertahan hidup, berbagai tingkatanemiadapat memilikiberbagaikonsekuensi klinis.
Anemiaadalah gangguanyang paling umumdaridarah.
Beberapajenisanemiayangdihasilkan olehberbagaipenyebab. Hal
ini dapatdiklasifikasikan dalamberbagai
cara, berdasarkanmorfologisel darah merah, mekanismeetiologiyang mendasari, dan spektrumklinisdilihat,
untuk menyebutkan beberapa. Tigakelas utamatermasuk kehilangandarahyang berlebihan(akut
sepertiperdarahanataukronismelalui
kehilanganvolume rendah), penghancuran
seldarah yang berlebihan(hemolisis)
atauproduksi sel darah merahkekurangan(hematopoiesis tidak efektif).
Dari duapendekatan utama untukdiagnosis, "kinetik" pendekatanmelibatkan evaluasiproduksi, kerusakan dankerugian,[3] dan"morfologi" pendekatankelompokanemia denganukuran
seldarah merah. Pendekatanmorfologimenggunakantes laboratoriumdengan cepattersedia danmurahsebagaititik awalnya (MCV). Di sisi lain, fokusawal
padapertanyaanproduksimemungkinkandokter untukmengungkap kasuslebih cepatdi mana beberapapenyebabanemiahidup berdampingan