Senin, 13 Mei 2013

PENENTUAN KADAR UREA DARAH


Urea
Urea merupakan zat diuretik higroskopik dengan menyerap air dari plasma darah menjadi urin. Kadar urea dalam darah manusia disebut BUN (bahasa Inggris: Blood Urea Nitrogen). Peningkatan nilai BUN terjadi pada simtoma uremia dalam kondisi gagal ginjal akut dan kronis atau kondisi gagal jantung dengan konsekuensi tekanan darah menjadi rendah dan penurunan laju filtrasi pada ginjal. Pada kasus yang lebih buruk, hemodialisis ditempuh untuk menghilangkan larutan urea dan produk akhir metabolisme dari dalam darah.
Pada hewan seperti burung dan reptil yang harus mencadangkan air di dalam tubuhnya, nitrogen diekskresi sebagai asam urat yang bersenyawa dengan sedikit kandungan air. Sedang pada manusia, asam urat tidak disintesis dari amonia, melainkan dari adenina dan guanina yang terdapat pada berbagai nukleotida. Asam urat biasanya diekskresi dalam jumlah sedikit, melalui urin. Kadar asam urat dalam darah dapat meningkat pada penderita gangguan ginjal dan leukimia. Bentuk garam dari asam urat dapat mengendap menjadi batu ginjal maupun batu kemih. Pada artritis, endapan garam dari asam urat terjadi pada tulang rawan yang terdapat pada persendian.
Jenjang reaksi
Sarbamil fosfat sintetase, sebuah enzim, merupakan katalis pada reaksi dengan substrat NH3, CO2 dan ATP menjadi sarbamil fosfat,
  \rm CO_2 + NH_3 + 2ATP \rightarrow 
NH_2.OCO.PO_3 + 2ADP + H_2O
yang kemudian diaktivasi oleh asam N-asetilglutamat yang terbentuk dari asam glutamat dan asetil-KoA dengan enzim N-asetilglutamat sintetase. N-asetilglutamat merupakan regulator yang penting dalam ureagenesis selain arginina, kortikosteroid dan protein yang lain.
Reaksi kondensasi yang terjadi pada ornitina lantas memicu konversi sarbamil fosfat menjadi sitrulina dengan bantuan enzim ornitina transarbamilase.
Kemudian sitrulina dilepaskan dari dalam matriks menuju sitoplasma, dan kondensasi terjadi dengan asam aspartat dan enzim argininosuksinat sintetase, membentuk asam argininosuksinat, yang kemudian diiris oleh argininasuksinat liase menjadi asam fumarat dan arginina. Asam fumarat akan dioksidasi dalam siklus sitrat di dalam mitokondria, sedangkan arginina akan teriris menjadi urea dan ornitina dengan enzim arginase hepatik. Baik argininosuksinat liase maupun arginase diinduksi oleh rasa lapar, dibutiril cAMP dan kortikosteroid

GLUKOSA DARAH


PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan (Wikipedia, 2007).
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7 (Wikipedia, 2007).
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf periferal (peripheral neuropathy), kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein (Wikipedia, 2007). Tes Darah
UREA DARAH
Ada beberapa tes darah yang dapat membantu menilai fungsi ginjal:
  • Nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN). Urea adalah produk samping dari metabolisme protein. Bahan ampas ini dibentuk oleh hati, kemudian disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam air seni oleh ginjal. Tingkat BUN dalam darah dapat menandai masalah ginjal, tetapi karena juga dipengaruhi oleh fungsi hati (lihat Lembaran Informasi (LI) 135), tes harus dilakukan bersamaan dengan pengukuran kreatinin, yang lebih khusus menandai masalah ginjal.
  • Kreatinin. Tes ini mengukur tingkat kreatinin (lihat di atas) dalam darah. Karena tingkat kreatinin hanya sedikit dipengaruhi oleh fungsi hati, tingkat kreatinin yang tinggi dalam darah lebih khusus menandai penurunan pada fungsi ginjal.
  • Tes lain. Pengukuran tingkat zat lain, yang seharusnya diatur oleh ginjal, dalam darah dapat membantu menilai fungsi hati. Zat ini termasuk zat natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalsium, magnesium, fosforus, protein, asam urik dan glukosa.


http://diditsuprianto.files.wordpress.com/2012/05/jaringan-darah.jpg?w=150&h=123
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Fungsi darah

Dalam system sirkulasi, darah berfungsi sebagai berikut :
1. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru.
2. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluuruh jaringan tubuh.
3. Mengangkut sari-sari makanan dari usus ke jaringan tubuh.
4. Mengangkut hasil ekskresi dari jaringan tubuh ke ginjal.
5. Mengatur dan mengontrol temperature tubuh
6. Mengatur distribusi hormon.
Hormone adalah zat-zat kimia yang mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh. Setiap hormone yang dihasilkan dapat mempengaruhi kerja satu atau lebih dari organ tubuh dan berfungsi untuk menhaga keseimbangan kerja organ tubuh.
7. Menutup luka.
8. Mencegah infeksi
Kulit merupakan penghalang masuknya beberapa macam bakteri kedalam tubuh yang dilengkapi dengan cairan berupa lendir dan zat-zat kimia. Jika kulit rusak,misalnya luka atau lecet, kemungkinan bakteri dapat masuk. Sel darah putih keluar dari kapiler untuk melawan bakteri yang masuk. Kalau sel darah putih tidak dapat bertahan maka sel darah putih akan mati bersama dengan jaringan yang berada di sekitarnya dan menimbulkan bengkak serta membentuk nanah.
Darah putih menghancurkan bakteri dengan cara menggumpalkan sebelum bakteri masuk kedalam system sirkulasi.

Antikoagulan


Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan . Jika tes membutuhkan darah atau plasma, spesimen harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi antikoagulan. Spesimen-antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan spesimen untuk mencegah pembentukan microclot. Pencampuran yang lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis.
Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis pemeriksaan tertentu.

Pemeriksaan keadaan sel darah
Pemeriksaan darah yang paling sering dilakukan adalah hitung jenis sel darah lengkap (CBC, complete blood cell count), yang merupakan penilaian dasar dari komponen sel darah. Sebuah mesin otomatis melakukan pemeriksaan ini dalam waktu kurang dari 1 menit terhadap setetes darah.
Selain untuk menentukan jumlah sel darah dan trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan hemoglobin; hitung jenis sel darah biasanya menilai ukuran dan bentuk dari sel darah merah. Sel darah merah yang abnormal bisa pecah atau berbentuk seperti tetesan air mata, bulan sabit atau jarum.

Plasma darah

Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi.Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah dibubuhi zat anti-koagulan[1] yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas lapisan tersebut[2] dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025 kg/l.[3] Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya.[1] Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah.Plasmapheresis adalah jenis terapi medis yang menyuling (en:extraction) plasma darah keluar dari kumpulan partikelnya untuk diolah lebih lanjut dan memasukkan kembali plasma darah tersebut pada akhir terapi




Struktur dan Fungsi Immunoglobulin
            Imunoglobulin (Ig) termasuk molekul glikoprotein yang dihasilkan oleh sel plasma untuk merespon adanya imunogen dan berfungsi sebagai antibodi (Schroeder and Cavacini, 2010). Ig terdiri dari heavy (H) and light (L) chain yang membentuk homodimer dihubungkan oleh interaksi non-kovalen dan kovalen, salah satu interaksi non-kovalen yaitu jembatan disulfida (Kumagai and Tsumoto, 2001). Berdasarkan fungsinya, maka struktur Ig dapat dibedakan menjadi 2 bagian utama yaitu Fab dan Fc yang ditunjukkan oleh Gambar 1.
http://mazfanani.files.wordpress.com/2012/04/ig-struct.jpg?w=333&h=248Gambar 1. Struktur immunoglobulin. Fab; fragment antigen binding, Fc: effector function (Torres and Casadevalla, 2008).
            Berdasarkan fungsi Ig, maka dapat dibedakan menjadi 2 bagian utama yaitu antigen binding (Ab) dan effector function (Fc) sebagai berikut (Berg et al., 2002):
  1. Antigen binding : bagian Ig yang mengikat secara spesifik terhadap antigen tertentu yaitu VL dan VH. Pengikatan antigen oleh Fab merupakan fungsi utama dari antibodi.
  2. Effector function : bagian Ig yang memberikan efek biologis secara signifikan sebagai fungsi efektor antibodi. Fungsi effector yaitu fiksasi komplemen yang menyebabkan lisis sel atau pelepasan molekul biologis dan berfungsi sebagai pengikatan berbagai jenis sel-sel fagosit, limfosit trombosit, sel mast dan basofil yang memiliki reseptor Ig.
            Struktur penyusun Ig dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu heavy dan light chain, variable dan constant region, hinge region yang ditunjukkan pada Gambar 2.
 http://mazfanani.files.wordpress.com/2012/04/arsitek-ig.jpg?w=368&h=369
Gambar 2. Struktur imunoglobulin. VL; variable region light chain, CL ; constant region light chain, VH ; variable region heavy chain, CH1 ; constant region heavy chain 1, CH2 ; constant region heavy chain 2, CH3 ; constant region heavy chain 3, S-S; jembatan disulfida.
            Variable dan constant region merupakan urutan asam amino dari heavy dan light chain ketika dibandingkan dapat dibedakan menjadi 2 bagian urutan asam amino yaitu (i) variable region light chain VL (110 asam amino) dan heavy chain VH (110 asam amino) dan (ii) constant region CL (110 asam amino) dan CH (330-440 asam amino). Pada hinge region merupakan daerah yang berfungsi sebagai lengan dalam pembentukan seperti huruf  Y dan disebut engsel karena beberapa urutan asam aminonya bersifat fleksibel (Kumagai and Tsumoto, 2001). Oligosakarida merupakan produk modifikasi paskatranslasi pada Ig yang menempel pada domain CH2 pada kebanyakan Ig, tetapi pada beberapa Ig posisi asam amino yang terglikosilasi dapat terjadi pada lokasi yang lainnya. Tipe oligosakarida yang menempel pada CH2 merupakan gula heptasakarida yang terdiri dari N-asetilglukosamin dan mannosa. Glikosilasi pada Ig dapat mempengaruhi pengikatan FcRs pada effector cell. Ketika residu asam amino yang mengalami glikosilasi termutasi dapat menyebabkan proses modifikasi paskatranslasi tidak berlangsung, akibatnya hilangnya gugus gula. Ig mutan yang tidak terglikosilasi akan mengalami penurunan atau tidak terikat pada FcRs. Hal ini menunjukkan bahwa glikosilasi pada asam amino tertentu pada Ig mempunyai peran penting pada fungsi Ig (Schroeder and Cavacini, 2010). Jembatan disulfida pada Ig merupakan ikatan kovalen yang menghubungkan antar subunit imunoglobulin (intra-chain) dan antar domain HL dan VL (inter-chain). Selain jembatan disulfida, interaksi non-kovalen juga terbentuk antara domain HL dan VL yang berfungsi untuk menstabilkan struktur Ig.

Kelainan Protein plasma

Hemofilia adalah suatu kelainan perdarahan akibat kekeurangan salah satu faktor pembekuan darah.
Terdapat 2 jenis hemofilia:
  1. Hemofilia A (Hemofilia klasik) adalah kekurangan faktor VIII, yang meliputi 80% kasus.
  2. Hemofilia B (penyakit Christmas) adalah kekurangan faktor IX.
Pola perdarahan dan akibat dari kedua jenis hemofilia tersebut adalah sama


Pembekuan darah
Pembekuan darah adalah proses alami yang mengizinkan darah membentuk gumpalan sel darah dan fibrin untuk menghentikan pendarahan ketika pembuluh darah sobek atau rusak. Jika tubuh tidak memiliki kemampuan untuk membekukan darah, mereka yang memiliki luka kecil pun akan mati kerena pendarahan.

Akan tetapi, ketika gumpalan darah (thrombus) terbentuk di pembuluh arteri dapat menghambat aliran darah menuju otot jantung atau otak sehingga memicu serangan jantung atau stroke. Atau, ketika darah terlalu lama berada di dalam bilik jantung (terjadi pada kondisi jantung tertentu), gumpalan dapat terbentuk, dan bagian dari gumpalan darah tersebut akan terpompa melalui aliran darah serta menyumbat pada salah satu organ atau arteri, memotong suplai darah dari titik ini. Penyumbatan ini disebut “embolus”.
Anemia
Anemia (/ əni ː miə /, anemia juga dieja dan Anemia, dari Yunani Kuno: ἀναιμία anaimia, yang berarti kekurangan darah, dari ἀν-an-, "tidak" + αἷμα haima, "darah") adalah penurunan jumlah sel darah merah (sel darah merah) atau kurang dari jumlah normal hemoglobin dalam darah. [1] [2] Namun, ia dapat mencakup penurunan kemampuan oksigen mengikat setiap molekul hemoglobin karena cacat atau kekurangan dalam pembangunan numerik seperti dalam beberapa jenis lain hemoglobin defisiensi. Karena hemoglobin (sel darah merah ditemukan di dalam) biasanya membawa oksigen dari paru-paru ke kapiler, anemia menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen) pada organ. Karena semua sel manusia tergantung pada oksigen untuk bertahan hidup, berbagai tingkat anemia dapat memiliki berbagai konsekuensi klinis.

Anemia adalah gangguan yang paling umum dari darah. Beberapa jenis anemia yang dihasilkan oleh berbagai penyebab. Hal ini dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, berdasarkan morfologi sel darah merah, mekanisme etiologi yang mendasari, dan spektrum klinis dilihat, untuk menyebutkan beberapa. Tiga kelas utama termasuk kehilangan darah yang berlebihan (akut seperti perdarahan atau kronis melalui kehilangan volume rendah), penghancuran sel darah yang berlebihan (hemolisis) atau produksi sel darah merah kekurangan (hematopoiesis tidak efektif).

Dari dua pendekatan utama untuk diagnosis, "kinetik" pendekatan melibatkan evaluasi produksi, kerusakan dan kerugian, [3] dan "morfologi" pendekatan kelompok anemia dengan ukuran sel darah merah. Pendekatan morfologi menggunakan tes laboratorium dengan cepat tersedia dan murah sebagai titik awal nya (MCV). Di sisi lain, fokus awal pada pertanyaan produksi memungkinkan dokter untuk mengungkap kasus lebih cepat di mana beberapa penyebab anemia hidup berdampingan